Selasa, 26 Januari 2010

KREATIFITAS DARI SANG MAHA KREATIF

Kata kreatif kesannya digdaya, adiluhung. Hanya orang tertentu yang dapat menempuhnya, proses pencapaiannya pun perlu bakat, intlektual, pengalaman, pendidikan, pelatihan kreatif dst. Apa begitu? Dulu, orang desa membuat prabot rumah tangga dari bambu dan kayu, anak anak bermain kuda kudaan & tembakan dari pelapah daun pisang dst... itu adalah mentalitas kreatif & inovatif yg bersinergi dengan alam/lingkungan yang melahirkan harmonisasi kehidupan, karena sebaik-baiknya manusia (kreatif) ialah bisa memberi manfaat (inovasi) bagi orang lain.

Peran orang (kreatif) ini sesungguhnya dibutuhkan setiap waktu, kapan pun, dimana pun oleh siapapun, apalagi orang priklanan memiliki tanggung jawab sosial & spiritual. karyanya terlahir untuk memberi manfaat kepada stakeholder melalui brand/produk/jasa dengan pesan yang menggoda, merangsang untuk pemenuhan kebutuhan bersama, baik produsen maupun konsumen.

Namun sayangnya praktisi periklanan dalam menciptakan karya terkadang menjelek2an kompetitor, pesan menipu yg tak sesuai fakta atau merasa paling superior, gimana tanggungjawab sosialnya? Apalagi tanggung jawab spritualnya? Padahal setiap yang keluar dari manusia (kreatif) baik lisan (audio) tulisan (video) akan dimintai pertanggungjawaban oleh Yang Maha Kreatif.

Yang lebih mencemaskan, jika orang kreatif merasa paling kreatif dimana karya kreatifnya terlahir atas proses kreatif yang dilakukan oleh diri sendiri, yang tidak memiliki korelasi dengan Yang Maha Kreatif. Karena aku berpikir kreatif, maka terlahirlah karya kreatifku.