Jumat, 17 Desember 2010

TIDAK ADA YANG MUSTAHIL BAGI TUHAN


Tugasnya mangatur distribusi kebutuhan pokok bagi warga DKI Jakarta, pekerjaan ini sangat mengoda, karena para pedagang tak segan-segan menyuap, asal mendapat barang. Tetapi, bagi John Mulia Sihombing ketika bekerja di Kologda Jaya pada tahun 1967 tidak mau melakukannya. Salah satu pedagang yang menemuinya adalah Sdr Oey Ek Thjong, ia datang dari kantor di Jl. Pasar Pagi No 118 dengan memakai sandal jepit. Pedagang itu, kini, menjadi konglomerat PT. Sinar Mas dengan nama Indonesia, Eka Tjipta Wijaya.
JM Sihombing menceritakan situasi itu pada waktu mengawali bekerja di lingkungan koperasi, perjalanan karir di dunia perkoperasian ditekuni dengan sungguh-sungguh, walaupun penuh intrik tetap tak goyah dalam memegang prinsip. Bagaimana pun kondisi dan situasinya, ia ingin koperasi dapat tumbuh dan mampu menyejahterakan rakyat, walaupun impian itu belum terwujud sampai ia pensiun dengan jabatan terakhir sebagai Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM. Baginya, tugas adalah amanah yang harus dipertangungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Dua tahun setelah pensiun, pengalaman hidupnya ditulis di dalam buku TIADA YANG MUSTAHIL BAGI TUHAN. Dengan bahasa berdialek medan, catatan itu di olah-alih menjadi rangkaian cerita yang menarik untuk diwariskan kepada anak, cucu dan keturunannya.
Metaforma Communications dipercaya untuk mengedit, mendesain mulai dari fotografi cover, tata typografi, hingga pencetakan. Buku ukuran 14 x 21 cm, berisi 252 halaman dikerjakan dalam waktu 1 bulan. Diluncurkan pada saat JM Sihombing berulang tahun yang ke 70.

Jumat, 22 Oktober 2010

TEI 2010 'Remarkable Indonesia'


25 Tahun TEI

Trade Ekspor Indonesia (TEI) ke 25 di selenggarakan pada 13 – 17 Oktober 2010 di Jakarta International Expo, Arena Pekan Raya Kemayoran, menampilkan berbagai produk ekspor non migas, industri, jasa dan industri kreatif.

Pelaksanaan Seperempat abad TEI oleh Kementerian Perdagangan (pada waktu itu Departemen Perdagangan mengadakan Pameran Produksi Ekspor (PPE) bertekad meningkatkan ekspor nonmigas). Sejak tahun 1985, penyelengaraan TEI hingga saat ini telah dilakukan berbagai langkah penyempurnaan. Pada tahun 2006 dilakukan program revitalisasi pameran 5 tahun, dan sejak itu pula nama PPE diganti dengan TEI.

Agenda utama TEI 2010 adalah merampungkan revitalisasi yang dimulai pada 5 tahun yang lalu. TEI diharapkan dapat memenuhi kualifikasi sebagai pameran bertaraf internasional yang mempunyai kredibilitas dan menjadi istimewa karena dilakukan bersamaan dengan Pameran Pangan Nusa 2010. Pelaksanaan TEI mengusung sub tema Indonesia yang memukau (Remarkable Indonesia).

Perhelatan TEI selama lima hari, dengan berbagai aktivitas kontak bisnis dan transaksi tersebut terliput dalam JOURNAL TEI yang terbit setiap hari. PT Metaforma Internusa (Metaforma Communications) dipercaya untuk menerbitkan JOURNAL sejak tahun 2008, melibatkan wartawan senior yang berpengalaman di bidangnya dan dibantu dengan tenaga muda yang enerjik, mulai dari isi perencanaan, peliputan, mendesain, pencetakan hingga penyebaran ke instansi pemerintah, kedutaan, hotel dan universitas.

JOURNAL TEI berisi 8 halaman terdiri dari 6 halaman berbahasa Indonesia, 2 halaman berbahasa Inggris, menyajikan informasi yang menjadi rujukan bagi buyer maupun investor dari mancanegara.

http://www.tradexpoindonesia.com/document-download/journals/

Selasa, 26 Januari 2010

KREATIFITAS DARI SANG MAHA KREATIF

Kata kreatif kesannya digdaya, adiluhung. Hanya orang tertentu yang dapat menempuhnya, proses pencapaiannya pun perlu bakat, intlektual, pengalaman, pendidikan, pelatihan kreatif dst. Apa begitu? Dulu, orang desa membuat prabot rumah tangga dari bambu dan kayu, anak anak bermain kuda kudaan & tembakan dari pelapah daun pisang dst... itu adalah mentalitas kreatif & inovatif yg bersinergi dengan alam/lingkungan yang melahirkan harmonisasi kehidupan, karena sebaik-baiknya manusia (kreatif) ialah bisa memberi manfaat (inovasi) bagi orang lain.

Peran orang (kreatif) ini sesungguhnya dibutuhkan setiap waktu, kapan pun, dimana pun oleh siapapun, apalagi orang priklanan memiliki tanggung jawab sosial & spiritual. karyanya terlahir untuk memberi manfaat kepada stakeholder melalui brand/produk/jasa dengan pesan yang menggoda, merangsang untuk pemenuhan kebutuhan bersama, baik produsen maupun konsumen.

Namun sayangnya praktisi periklanan dalam menciptakan karya terkadang menjelek2an kompetitor, pesan menipu yg tak sesuai fakta atau merasa paling superior, gimana tanggungjawab sosialnya? Apalagi tanggung jawab spritualnya? Padahal setiap yang keluar dari manusia (kreatif) baik lisan (audio) tulisan (video) akan dimintai pertanggungjawaban oleh Yang Maha Kreatif.

Yang lebih mencemaskan, jika orang kreatif merasa paling kreatif dimana karya kreatifnya terlahir atas proses kreatif yang dilakukan oleh diri sendiri, yang tidak memiliki korelasi dengan Yang Maha Kreatif. Karena aku berpikir kreatif, maka terlahirlah karya kreatifku.